Kisah Uwais Al Qarni yang sangat menginspirasi, karena beliau adalah seorang tabi’in terbaik, karena mempunyai amalan spesial, yaitu bakti kepada sang Ibu. Disini kami akan bagikan kisah atau cerita Beliau lengkap berdasarkan kumpulan hadits hadits yang berkaitan tentangnya.
Daftar Isi
Siapa itu Uwais Al Qarni?
Nama Beliau adalah Uwais bin ‘Amir Al-Qoroni, berasal dari kabilah Murod di Yaman.
Uwais al Qarni merupakan seorang tabiin terbaik, dalilnya adalah sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam riwayat Imam Muslim dari Umar Bin Khatab, Ia berkata,“Aku mendengar Rasulullah bersabda
إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِيْنَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ
Artinya: Sebaik-baik tabi’in adalah seorang yang disebut dengan Uwais dan ia memiliki seorang ibu… (HR Muslim IV/1968 no 2542).
Imam AN Nawawi mengomentari hadits ini bahwa inilah dalil kalau Uwais Al Qarani merupakan tabiin terbaik, dalam hal ke afdholannya disisi Allah.
Apa yang menjadikan uwais seagai tabiian terbaik, dan apa amalan yang membuatnya mendapatkan derajat tinggi disisi Allah?, simak jawabannya berdasarkan dalil hadits dibawah ini.
Kisah Uwais Al Qarni, Pemuda yang Terkenal di Langit
Berikut ini kami akan bawakan sebuah hadits yang berkaitan dengan kisah Uwais Al-Qorni yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya.
Agar kisahnya lebih jelas dan gamblang maka dalam riwayat Imam Muslim ini, akan diselipkan riwayat-riwayat lain yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadroknya, Abu Ya’la dan Ibnul Mubarok dalam kedua musnadnya.
Umar Radhiallahuan Bertemu Uwais
Dari Usair bin Jabir berkata, “Umar bin Khatthab, jika datang kepadanya amdad dari negeri Yaman maka Umar bertanya kepada mereka, “Apakah ada diantara kalian Uwais bin ‘Amir ?”, hingga akhirnya ia bertemu dengan Uwais.
Dan berkata kepadanya, “Apakah engkau adalah Uwais bin ‘Amir?”, ia berkata, “Iya”. Umar berkata, “Apakah engkau berasal dari Murod, kemudian dari Qoron?”, ia berkata, “Benar”. Umar berkata, “Engkau dahulu terkena penyakit baros (albino) kemudian engkau sembuh kecuali seukuran dirham?” ia berkata, “Benar”.
Pada riwayat Abu Ya’la [Musnad Abu Ya’la (1/188), demikian juga dalam riwayat Al-Hakim di Al-Mustadrok 3/456 no 5720]: Uwais berkata, “Dari mana engkau tahu wahai Amirul mukminin?, demi Allah tidak seorangpun yang mengetahui hal ini.”
Umar berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kami bahwasanya akan ada diantara tabi’in seorang pria yang disebut Uwais bin ‘Amir yang terkena penyakit putih (albino) lalu ia berdoa kepada Allah agar menghilangkan penyakit putih tersebut darinya, ia berkata (dalam doanya),
“Ya Allah sisakanlah (penyakit putihku) di tubuhku sehingga aku bisa (selalu) mengingat nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku”…”.
Umar berkata, “Engkau memiliki ibu?”, ia menjawab, “Iya”, Umar berkata,
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit albino kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia (berdoa kepada Allah dengan) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya.
Maka jika engkau mampu untuk agar ia memohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah, oleh karenanya mohonlah kepada Allah ampunan untukku!”.
Dalam suatu riwayat Al-Hakim [Al-Mustadrok 3/456 no 5720] : “Engkau yang lebih berhak untuk memohon ampunan kepada Allah untukku karena engkau adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”, lalu Uwaispun memohon kepada Allah ampunan untuk Umar.
Lalu Umar bertanya kepadanya, “Kemanakah engkau hendak pergi?”, ia berkata, “Ke Kufah (Irak)”, Umar berkata, “Maukah aku tuliskan sesuatu kepada pegawaiku di Kufah untuk kepentinganmu?”, ia berkata, “Aku berada diantara orang-orang yang lemah lebih aku sukai”.
Baca juga: Download Film Umar Bin Khattab Subtitle Indonesia Full Episode
Uwais AL Qarni di Kuffah
Dalam riwayat Al-Hakim [Al-Mustadrok (III/456 no 5720)] : Kemudian Uwaispun mendatangi Kufah, kami berkumpul dalam halaqoh lalu kami mengingat Allah, dan Uwais ikut duduk bersama kami, jika ia mengingatkan para hadirin (yang duduk dalam halaqoh tentang akhirat) maka nasihatnya sangat mengena hati kami, tidak sebagaimana nasehat orang lain.
Suatu hari aku (yaitu Usair bin Jabir) tidak melihatnya (uwais al qarni) maka aku bertanya kepada teman-teman (halaqoh) kami, “Apakah yang sedang dikerjakan oleh orang yang (biasa) duduk dengan kita, mungkin saja ia sakit?”.
Salah seorang berkata, “Orang yang mana?”, aku berkata, “Orang itu adalah Uwais Al-Qoroni”, lalu aku ditunjukan dimana tepat tinggalnya, maka akupun mendatanginya dan berkata, “Semoga Allah merahmatimu, dimanakah engkau?, kenapa engkau meninggalkan kami?”, ia berkata, “Aku tidak memiliki rida’ (selendang untuk menutup tubuh bagian atas), itulah yang menyebabkan aku tidak menemui kalian.”.
Maka akupun melemparkan rida’ku kepadanya (untuk kuberikan kepadanya), namun ia melemparkan kembali rida’ tersebut kepadaku, lalu akupun mendiamkannya beberapa saat lalu ia berkata, “Jika aku mengambil rida’mu ini kemudian aku memakainya dan kaumku melihatku maka mereka akan berkata,
“Lihatlah orang yang cari muka ini (riya’) tidaklah ia bersama orang ini hingga ia menipu orang tersebut atau ia mengambil rida’ orang itu”. Aku terus bersamanya hingga iapun mengambil rida’ku, lalu aku berkata kepadanya, “Keluarlah hingga aku mendengar apa yang akan mereka katakan!”.
Maka iapun memakai rida’ pemberianku lalu kami keluar bersama. Lalu kami melewati kaumnya yang sedang bermajelis (sedang berkumpul dan duduk-duduk) maka merekapun berkata, “Lihatlah kepada orang yang tukang cari muka ini, tidaklah ia bersama orang itu hingga ia menipu orang itu atau mengambil rida’ orang itu”.
Akupun menemui mereka dan aku berkata, “Tidak malukah kalian, kenapa kalian mengganggunya (menyakitinya)?, demi Allah aku telah menawarkannya untuk mengambil rida’ku namun ia menolaknya!”.
Pemuka Kabilah Arab Bertemu dengan Uwais
Pada tahun depannya datang seseorang dari pemuka mereka [Yaitu salah seorang pemuka kabilah Arab] dan ia bertemu dengan Umar, lalu Umar bertanya kepadanya tentang kabar Uwais, orang itu berkata,
“Aku meninggalkannya dalam keadaan miskin dan sedikit harta” (Dalam riwayat Ibnul Mubarok [Musnad Ibnul Mubarok (I/19)] : orang itu berkata “Ia adalah orang yang jadi bahan ejekan di kalangan kami, ia dipanggil Uwais”.
Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ((Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit albino kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia (berdoa kepada Allah dengan) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia memohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah)).
Maka orang itupun mendatangi Uwais dan berkata kepadanya, “:Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”, Uwais berkata, “Engkau lebih baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”, orang itu berkata, “:Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”, Uwais berkata, “Engkau lebih baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”, Lalu Uwais berkata, “Engkau bertemu dengan Umar?”, Orang itu menjawab, “Iya”.
Dalam riwayat Al-Hakim [Al-Mustadrok (III/456) no 5720] : Uwais berkata, “Aku tidak akan memohonkan ampunan kepada Allah untukmu hingga engkau melakukan untukku tiga perkara”, ia berkata, “Apa itu?”, Uwais berkata, “Janganlah kau ganggu aku lagi setelah ini, janganlah engkau memberitahu seorangpun apa yang telah dikabarkan Umar kepadamu” dan Usair (perowi) lupa yang ketiga.
Maka Uwaispun memohon ampunan bagi orang itu. Lalu orang-orangpun mengerti apa yang terjadi lalu iapun pergi, [Dalam Musnad Ibnul Mubarok, فَلَمَّا فَشِيَ الْحَدِيْثُ هَرَبَ فَذَهَبَ “Tatkala tersebar berita (perkataan Umar tentang Uwais) maka iapun lari dan pergi”, yaitu karena orang-orang pada berdatangan memintanya untuk beristigfar kepada Allah bagi mereka sebagaimana dalam musnad Abu Ya’la Al-Maushili (I/188)].
Usair berkata, “Dan baju Uwais adalah burdah (kain yang bagus yang merupakan pemberian si Usair) setiap ada orang yang melihatnya ia berkata, “Darimanakah Uwais memperoleh burdah itu?”[HR Muslim 4/1969 no 2542]
Hikmah dari Kisah Uwais Al Qarni
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah uwais al qarni setidaknya ada 5 hikmah yaitu:
- Kedudukan disisi Allah Bukan Karena Harta dan Kedudukan Duniawi
- Ikhlas dengan Menyembunyikan Amalan adalah Jalan Salaf
- Berbakti Kepada Orang Tua adalah Amalan Terbaik
- Selalu Mengingat Nikmat Allah
- Bolehnya Meminta Doa Kepada Orang Shalih
Berikut penjelasanya:
1. Kedudukan disisi Allah Bukan Karena Harta dan Kedudukan Duniawi
Orang yang kedudukannya mulia disisi Allah tidak harus orang yang dihargai manusia, terhormat, kaya, ilmunya banyak dan semua perkara duniawi lainnya yang sering kita menganggap itu adalah tanda tingginya derajat manusia disisi Allah.
Dari kisah Uwais bin Qarni ini, kita bisa melihat, bagaimana seorang Uwais yang untuk pergi ke majelis saja terhenti karena tidak mempunyai pakaian yang cukup untuk menutupi tubuh bagian atasnya, yang menandakan ia adalah orang miskin.
Dan lihatlah bagaimana perlakukan kaumnya kepada Uwais, yang tidak menganggapnya sebagai orang terhormat bahkan melihatnya sebagai orang hina, dan uwais bukan orang terkenal, karena banyak yang tidak mengenal dirinya.
Tapi yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad Sallalahu alaihi wassalam, beliau adalah orang mulia disisi Allah azza wa jalla.
2. Ikhlas dengan Menyembunyikan Amalan adalah Jalan Salaf
Bahasan ini sudah pernah kami tuliskan dalah bahasan Hadits tentang Ikhlas dan keterangan Ulama Salaf, dan inilah yang terjadi pada Uwais Al Qarni yaitu keikhlasannya dalam ibadah dan menjauhi ketenaran.
Hal hal yang menunjukan ikhlasnya Uwais dan menjauhi ketenaran bisa kita dapatkan dalam kisah di atas, diantaranya adalah.
1. Tatkala Umar berkata kepadanya, “Maukah aku tuliskan sesuatu kepada pegawaiku di Kufah untuk kepentinganmu?”, maka iapun berkata, “Aku berada diantara orang-orang yang lemah lebih aku sukai”.
2. Perkataan beliau kepada orang yang memintanya untuk berdoa baginya, “Janganlah engkau memberitahu seorangpun apa yang telah dikabarkan Umar kepadamu”
3. Sikap beliau yang malah mengasingkan diri ketika orang-orang mengetahui kalau Ia adalah orang yang dikabulkan doanya.
4. Uwais AL Qarni selalu menjadi bahan olok olok kaumnya. Imam An-Nawawi berkata dalam kitabnya Al-Minhaj XVI/94, “Hal ini (yaitu keadaan Uwais yang menjadi bahan olok kaumnya) menunjukan bahwasanya beliau menyembunyikan ibadahnya (hubungan antara ia dan Robnya), dan ia sama sekali tidak menampakkannya walau sedikitpun. Ini merupakan jalan orang-orang yang mengenal Robb mereka dan para wali Allah. [Al-Minhaj XVI/94]
3. Berbakti Kepada Orang Tua adalah Amalan Terbaik
Berkata Imam An-Nawawi dalam Al-Minhaj 16/96, “Hadits ini (cerita uwais) menunjukan akan keutamaan berbakti kepada kedua orangtua”[Al-Minhaj 16/96].
Uwais mendapatkan kedudukan yang tinggi disisi Allah karena berbakti kepada Ibunya, sebagaimana yang di kabarkan oleh Rasulullah salallahu alaihi wassalam bahwa “ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya tersebut”.
Dan Nabi salallahu alaihi wassalam tidak menyebutkan amalan lain, selain amalan ini, dan inilah amalan yang menyebabkan ia sebagai orang mulia disisi Allah dan di kabulkan doanya.
4. Selalu Mengingat Nikmat Allah
Dalam kisah Uwais AL Qarni ini ada di sebutkan perkataan Beliau dalam doanya, ” “Ya Allah sisakanlah (penyakit putihku) di tubuhku sehingga aku bisa selalu mengingat nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku”.
Ini menunjukan keutamaan beliau adalah ingin dan selalu mengingat semua nikmat yang telah Allah anugrahkan kepadanya.
Dan kita sudah mengetahui kalau nikmat yang Allah berikan kepada kita itu akan terasa jika kita ditimpa suatu musibah, seperti penyakit, bencana dan lainnya.
Uwais Al Qarni terkena penyakit albino, yaitu penyakit yang menyebabkan kulit menjadi berwarna putih pucat, dan Uwais ingin agar Allah menyisakan penyakitnya agar bisa mengingat tentang nikmat kesembuhan yang telah di berikan-Nya.
5. Bolehnya Meminta Doa Kepada Orang Shalih
Kedudukan Umar bin Khatab tentu lebih mulia dari Uwais, tapi ini tidak menghalangi Umar untuk memintakan ampun kepada Allah dari Uwais Al Qarni.
Berkata Imam An-Nawawi dalam Al-Minhaj XVI/95, Bahwa “Hadits ini menunjukan mustahabnya meminta doa dan istigfar kepada orang yang sholeh meskipun yang meminta lebih tinggi kedudukannya dibanding dengan yang dimintai doanya”[Al-Minhaj XVI/95].
Jadi ketika kita ketahui ada orang yang kita anggap sholeh karena amalannya, karena ilmunya, maka kita bisa meminta doa daan istigfar kepada orang sholeh tersebut.
Tentu permintaan yang tidak bertentangan dengan hukum Syar’i, dan yang perlu diingat adalah berdoa sendiri meminta kepada Allah adalah lebih afdhol.
Kesimpulan Kisah Uwais Al Qarni
Kesimpulan atau ringkasan kisah Uwais al Qarni adalah sebagai berikut:
Uwais Al Qarni adalah seorang tabiin terbaik, karena di kabarkan sendiri oleh Nabi kepada sahabat Umar bin Khatab berdasarkan Hadits riwayat Imam Muslim.
Umar bin Khatab setelah mengetahui kedudukan Uwais Al Qarni di sisi Allah, maka mencari uwais dengan selalu menanyakan nama Uwais setiap ada kafilah dari negeri Yaman.
Tujuan Umar adalah untuk meminta Uwais agar memohonkan ampun atas dosa dosanya, seperti yang Nabi katakan di dalam hadits Muslim tersebut.
Saat sudah bertemu, maka Umar memastikan kalau sosok di hadapannya adalah Uwais, dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan seperti di atas.
Uwais heran dengan rahasianya ketika berdoa agar disembuhkan dari penyakit Albino dan minta untuk di sisakan sedikit agar uwais selalu ingat akan nikmat yang telah di berikannya tersebut.
Lalu umar mengatakan sabda Nabi tentang pemuda yang dia adalah Uwais sendiri, yang mempunyai kedudukan disisi Allah, dan jika berdoa maka akan di kabulkan.
Dan umarpun meminta untuk di mintakan ampunnya kepada Allah, yang sebelumnya Uwais berkata bahwa Umar lah yang lebih layak untuk mendoakan dirinya karena umar adalah orang mulia dan seorang amirul mukminin.
Lalu uwais memohonkan ampunan untuk umar kepada Allah.
Itu sedikit tentang ringkasan kisah uwais al qarni yang sudah mahsyur beredar di masyarakat kita, semoga bermanfaat, wallahu a’lam.
“Catatan” Semua kisah uwais ini kami kutip sebagian besar dari artikel ustadz Firanda di websitenya firanda.com.