Pidato Tentang Berbakti Kepada Orang Tua Beserta Hadisnya

Pidato tentang berbakti kepada orang tua beserta hadisnya yang singkat, padat dan menarik di bahas dari berbagai sisi yang merupakan kehidupan nyata kita sehari hari

Tema pidato tentang berbakti kepada orang tua merupakan tema yang sangat menarik, karena kita akan di hadapkan pada kenyataan sehari-hari bagaimana interaksi kita terhadap kedua orang tua.

Yang kebanyakan dari masyarakat kita tidak menyadari tentang hakikat dari birul walidain ini, bahkan seringkali kita bukannya berbakti kepada mereka tapi malah durhaka dengan melakukan hal sepele yang padahal itu adalah dosa.

Sehingga tema ini sangat cocok di jadikan tema pidato, ceramah bahkan untuk khutbah jumat sekalipun, karena isinya yang akan menggugah dan membongkar kesalahan kita selama ini, apalagi di sertai dengan hadits sahih.

Pidato Tentang Berbakti Kepada Orang Tua

Sebelum kita masuk ke tema pidato tentang birul walidain ini, kami akan tuliskan terlebih dahulu cara pidato yang baik agar sesuai dengan kaidah di dalam pidato secara umum.

  1. Ucapkan salam “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu”.
  2. Baca pembukaan pidato, silahkan anda pilih pembukaannya sesuai keinginan di artikel mukadimah ceramah lengkap.
  3. Berikan halawat kepada nabi, misal:

    “puji syukur kehadirat Allah ta’ala yang telah memberikan kita kesehatan, iman dan islam sehingga kita bisa berkumpul di tempat yang mulia ini, shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad sallalahu alaihi wassalam beserta keluarga dan sahabat serta semua pengikutnya sampai hari kiamat”

  4. Menyapa audien, misal, “para hadirin hadirat yang di rahmati Allah” atau “bapak dan ibu yang di muliakan Allah” dan yang semisal.
  5. Masuk tema pidato.
  6. Penutup.

Berikut teks pidato tentang berbakti kepada orang tua.

Pidato Tentang Berbakti Kepada Orang Tua Beserta Hadisnya

pidato tentang berbakti kepada orang tua

Ada kisah menarik tentang kasih sayang ibu terhadap anaknya, yang kisah ini ada dalam hadits sahih Bukhari,

Suatu hari Aisyah radiallahuanha di datangi oleh seorang ibu dan dua orang anaknya yang kelaparan dan meminta makanan, lalu di berilah oleh Aisyah radiallahuanha 3 butir kurma, lalu ibu itu memberikan 2 butir kurma kepada masing masing anaknya, dan menyimpan 1 kurma untuk dirinya.

Tapi, belum di makan kurma tersebut, kedua anaknya sudah memakan kurmanya lalu menatap ibunya sebagai tanda masih kurang, lalu ibunya langsung membagi dua kurma tersebut dan memberikan jatahnya kepada mereka.

Tidak lama, datang Rasullullah sallalahu alaihi wassalam, dan Aisyah langsung bercerita tentang kejadian tersebut, Rasullullah sallalahu alaihi wassalam menjawab, “Apa yang mengejutkanmu dari itu? Sungguh Allah telah merahmati ibu tersebut karena kasih sayangnya kepada anaknya.”.

Itulah kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, yang kalau di masyarakat kita ada ungkapan “kasih sayang ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah”.

Kasih sayang ibu kepada anaknya tidak akan luntur, walau bagaimanapun kondisi anak, tapi berbeda dengan anak yang kasih sayangnya terbatas hanya sepanjang galah atau tongkat untuk memetik buah.

Walaupun kasih sayang anak kepada orang tuannya tidak seperti kasih sayang ibu kepada anaknya, tapi syariat agama mengajarkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua kita.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata; “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah ﷺ sambil berkata; “Wahai Rasulullah ﷺ, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Kemudian ayahmu.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Dalam hadits sahih riwayat AL Bukhari yang baru saya bacakan, terkandung makna bahwa bakti kepada ibu lebih utama dan lebih di dahulukan dari pada ayah. Mengapa demikian?

Sudah jelas, bahwa ibu adalah orang yang paling banyak berkorban untuk anaknya, bagaimana tidak, beliau mengandung kita selama 9 bulan, dengan beban berat tersebut ibu jalani dengan ikhlas dan berharap untuk kebaikan dari anak yang dikandungnya.

Setelah lahir, ibu akan menyusui kita selama 2 tahun, lalu merawat dan membesarkan kita sampai dewasa, pantas lah berbakti kepada ibu lebih di utamakan dari berbakti kepada ayah.

Tapi bukan berarti kita mengenyampingkan peran ayah dan tidak berbakti kepadanya, ayah juga berkorbn dan sayang kepada anaknya, beliaulah yang mencari nafkah untuk kelangsungan hidup istri dan anaknya.

Kalau kita lihat banyak ayah rela bekerja panas panasan di bawah terik matahari, bahkan mempertaruhkan nyawanya kala bekerja di ketinggian dan pekerjaan lainnya yang secara akal sehat sulit untuk di lakukan dan berbahaya.

Maka dalam syariat islam berbakti kepada kedua orang tua atau birul walidain adalah kewajiban dari seorang anak, lalu bagaimana bentuk berbakti kepada kedua orang tua?, kita jawab dengan Ayat Al Quran surat Al-Israa’ : 23-24

Allah Ta’ala berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Artinya: “Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak.

Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”

Dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa’ : 23-24].

Dalam ayat tersebut di jelaskan bahwa kita di perintahkan untuk berbakti kepada ibu dan bapak dengan berbuat baik, yaitu dengan cara:

  • Jangan mengatakan “uff” kalau dalam bahasa indonesia bisa di artikan dengan perkataan “ahh” yang menandakan keengganan kita atas apa yang di perintah atau ketidak sukaan kita terhadap perbuatan orang tua.
  • Jangan membentak atau berkata kasar dan berkata dengan intonasi tinggi.
  • Hendaknya berkata dengan perkataan yang baik dan santun juga lembut.
  • Merendah dihadapannya, jangan bersikap tinggi dan sombong, walaupun kita mempunyai kedudukan tinggi di masyarakat atau kita orang yang di segani di masyarakat di hadapan orang tua, kita harus merendah dan mengalah dengan perasan kasih dan sayang.
  • Terakhir hendaknya kita mendoakan mereka dengan doa yang kebanyakan kita sudah menghafalnya, yaitu:
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

Bacaan Latin: “Allohummaghfirli Waliwaalidayya War Hamhumaa Kama Robbayaanii Shaghiira”

Artinya : Wahai Tuhanku, ampunilah saya dan kedua orang tua saya dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi saya diwaktu kecil”

Yang sering kita lakukan dan ternyata ini adalah bentuk dari ketidak hormatan kita kepada orang tua adalah ketika kita dipanggil oleh mereka dan di saat yang bersamaan kita sedang melakukan sesuatu yang kita sukai.

Kita akan mengacuhkan panggilan mereka atau kalaupun menjawab panggilan tersebut, kita lakukan dengan enggan seraya dengan mengucapkan suara tinggi, “iya bu, nanti yah, tanggung nih”.

Padahal mengatakan ah saja dilarang bagaimana dengan tidak mengindahkan panggilannya, ini tentu bentuk tidak berbaktinya kita kepada orang tua.

Inti dari berbakti kepada kedua orang tua adalah dengan membuatnya senang, nyaman dan membuatnya gembira jika ada kita di dekatnya juga membuatnya bangga dengan melakukan apapun yang di perintahkan selama perintah tersebut tidak menyelisihi hukum agama.

Dan yang tidak kalah penting adalah dengan menampakan kebahagiaan kita dihadpannya dan menyembunyikan masalah dan kesusahan yang sedang kita alami.

Karena pada hakikatnya mereka akan senang jika melihat anaknya senang, maka kita hendaknya tidak menceritakan segala hal yang kita tahu akan membuat hati orang tua kita sedih.

tapi hendaknya kita menceritakan apapun yang akan membuat hati mereka senang, inilah hakikat dari berbakti kepada orang tua.

Jangan jadi anak yang celaka

Artinya: “Dari Nabi ﷺ sabdanya: Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka! Lalu beliau ditanya orang, Siapakah yang celaka, ya Rasulullah? Jawab Nabi ﷺ , Siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan merawat orang tuanya sebaik-baiknya).” [HR. Muslim].

Salah satu yang membuat orang tua senang adalah dengan merawat merek tatkala mereka sudah usialanjut yang tanpa perhatian kita mereka akan mengalami kesusahan dan penderitaan.

Hendaknya kita cukupi kebutuhan sandang pangan dan papan mereka, sehingga kita tidak termasuk kedalam orang yang celaka dengan tidak merawat kedua orang tua kita selagi mereka masih hidup.

Ini juga adalah sebagai bentuk rasa terimakasih kita kepada mereka, yang dahulu mereka merawat kita dengan penuh kasih sayang dan penderitaan, maka wajar dan suatu kewajiban kita untuk membalasnya.

Demikian semoga kita bisa menjadi anak yang selalu berbakti kepada orang tua dan menjadikan kita orang yang beruntung dan tidak celaka, seperti sabda rasullullah sallalahu alaihi wassalam di atas. Wallahu a’lam.


Demikian contoh teks naskah pidato tentang berbakti kepada orang tua beserta hadisnya yang singkat, kita bisa memodifikasi sebagian atau keseluruhan dari pidato di atas gar apa yang ingin kita sampaikan berkesan di hadapan audien.

Untuk menambah kaya isi dari pidato di atas, kita bisa menambahkan beberpa hadits, silahkan anda gunakan hadits yang kami tuliskan di artikel hadits tentang berbakti kepada orang tua, dan juga bahan pidato dari kisah inspiratif anak yang berbakti kepada orang tua. Wallahu a’lam.

Bagikan:

Tinggalkan komentar