Kajian Sunnah, Salafi, Wahabi dan NU

kajian sunnah

Kajian sunnah adalah pengajian yang di dalam konten atau isi pengajian yang sedang dibahas tersebut selalu membawakan dalil dari Al’Quran dan Assunah (Hadist) dengan pemahaman dari salafus sholih.

Jadi isi pengajian atau kajiannya bukan semata bersumber dari Al’Quran dan Hadist tapi juga untuk memahami isi kandungan Al’Quran dan hadits tersebut mengikuti pemahaman para ulama terdahulu (salafus sholeh).

Jika dalam suatu bahasan sudah di ketahui dalilnya dari Al’Quran dan sunah dan pemhaman dari dalil tersebut sudah di sampaikan oleh salafus sholih misal menjadikannya 3 pendapat, maka sang ustadz atau pemateri tidak bisa menambahkan pendapat ke 4 yang merupakan pendapatnya pribadi. Tapi Pemateri hanya menyampaikan 3 pendapat tersebut dan memberitahukan mana pendapat yang di anggap paling tepat.

Kajian sunah biasanya di isi oleh ustadz lulusan timur tengah (Arab saudi, madinah dan yaman), kalaupun bukan lulusan timur tengah maka ustadz tersebut merujuk kepada ulama timur tengah dan juga kitab ulama yang sudah masyur di kalanagn umat islam.

Di Kenal Dengan Salafi dan wahabi

Karena kajian sunnah ini selalu membawakan dalil dengan pemahaman salaf, maka di indonesia jamaah pengajian ini sering di sebut dengan Salafi.

Selain di kenal dengan salafi, jamaah pengajian ini juga ada yang menyebutnya dengan Wahabi “stigma negatif” yang di nisbatkan kepada Muhammad Bin Abdul Wahab Rahimahullah, Padahal penisbatan ini “salah sasaran”.

Penyebutan wahabi adalah penyebutan yang di sematkan oleh orang syiah kepada jamaah ini, dan penisbatan ini dengan tujuan untuk menyesatkan, agar tidak banyak orang yang mau duduk dalammajelis pengajian ini.

Penisbatan Yang Salah

Orang-orang syiah dan ahli bid’ah menyebut dengan jamaah pengajian ini dengan sebutan wahabi sebenarnya tidak tepat, dan maksud dari orang syiah adalah Abdul Wahhab bin Rustum. Nama Wahhabiyah adalah nisbah kepadanya  yang merupakan pecahan dari sekte Wahbiyah Ibadhiyah yang berpemahaman sesat yaitu pemahaman Khawarij.

Dan nisbah ini di sematkan kepada pendiri awalnya, yaitu Abdullah bin Wahb ar-Rasibi [Lihat Al Farqu Bainal Firaq Al Baghdadi, hlm 80-81, lihat juga Al Khawarij, Tarikhuhum Wa Araauhum Al I’tiqadiyah Wa Mauqif Al Islam Minha, Dr Ghalib bin ‘Ali ‘Awaji, hlm 95].

Kalau mau dinisbatkan kepada Syaih Muhammad Bin Abdul Wahhab seharusnya bukan “Wahabi” tapi “Muhammadiyah”, mengapa penyematan ini tidak digunakan?.

Karena memang tujuan dari penyematan wahabi adalah agar orang tidak mengikuti ajaran yang di bawa oleh jemaah ini, dengan mengatakan sesat karena berpaham wahabi yang di sematkan kepada Abdul Wahab bin Rustum.

Muhammad Bin Abdul Wahhab

Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dilahirkan pada 1115 H/1703 M di Jazirah Arab, Beliau adalah ulama yang berfokus kepada dakwah pemberantasan Syirik, Khurafat, Bid’ah dan manifestasinya dan mengembalikan ajaran islam kepada Al’Quran dan Assunah dengan pemahaman para generasi salafus shaleh.

Kitabnya yang mahsyur adalah Kitabu Tauhid, yang membahas tentang macam-macam tauhid dan dalil dalilnya.

Di Tentang NU

Kajian sunnah yang notabene mengembalikan ajaran islam sesuai dengan dalil Al’quran dan assunah dengan pemahaman salaf, yang sering mengkritik amalan-amalan yang tidak berlandaskan dalil, ternyata membuat gerah saudara-saudara dari kalangan Nahdhatul Ulama.

Karena para ustadz dari salafi membid’ahkan tahlilan, maulid nabi, perayaan tahun baru islam dan berbagai macam amalan yang tidak pernah di lakukan oleh para salafus sholeh, yang amalan tersebut dilakukan oleh saudara dari NU.

Maka tidak heran jika kajian sunah yang diadakan di basis NU selalu mendapatkan pententangan bahkan beberapa kajian sunah di bubarkan oleh salah satu ormas NU.

Bantah dengan Dalil

Dalam dunia Ilmu sebenarnya tahzir atau memperingatkan kesalahan yang di lakukan oleh saudaranya seiman adalah biasa. Yang dilakukan oleh pihak yang di tahzir hanyalah membantah dengan dalil atau menerima, dan tidak perlu adanya kekerasan fisik.

Begitupun dengan banyaknya kritik terhadap amalan yang dilakukan oleh saudara kita dari NU oleh saudara kita dari Salafi. Jika sudah ada bantahan balik atau klarifikasi tentang amalan tersebut besrta dalilnya maka umat tinggal melihat mana pendapat yang dirasa mendekati kebenaran.

Tetap Bersaudara

Walaupun saudara dari salafi banyak menyebut amalan bidah kepada saudra NU sejatinya mereka masih menganggap sesama muslim adalah bersaudara, saudara yang di ikat oleh kalimat tauhid Laa Ilaha Ilallaah, berkaitan dengan amalan itu adalah tanggung jawab pribadi, dan tugas dari para ikhwan salafi adalah menyempaikan kepada saudaranya yang lain terhadap penyimpangan yang dilakukan, “menurut pendapat mereka”.

Wallau’Alam

Bagikan:

Tinggalkan komentar