Hadits Tentang Berbohong

Kumpulan hadits tentang berbohong atau dusta dalam tulisan Arab dan arti serta penjelasan Ulama, diantaranya hadits larangan berbohong walau bercanda, berbohong yang di perbolehkan, berbohong demi kebaikan, berbohong kepada orang tua dan teman.

Berbohong adalah suatu perbuatan dosa yang termasuk ciri dari sifat kemunafikan, tapi apakah semua kebohongan akan di ganjar sebagai dosa, atau apakah berbohong dengan bertujuan kebaikan tidak berdosa?.

Untuk menjawab semua itu tentu kita harus bersandar kepada hukum syariat, yang bersumber dari Al Quran dan AL Hadits , untuk kali ini kita akan jawab pertanyaan tersebut dengan hadits Nabi sallalahu alaihi wassalam.

Hadits Tentang Berbohong

hadits tentang berbohong

Ada beberapa hadits yang mengharamkan berbohong secara mutlak, tapi ada juga yang kita di bolehkan dalam berbohong, hadits hadits tersebut akan kami beri sub judul agar memudahkan dalam pembacaan dan agar terlihat lebih rapi dan enak untuk di baca.

Hadits tentang berbohong yang kami sajikan ini akan kami sertakan juga tulisan Arab, arti dan penjelasan, penjelasan disini kami nukil dari para Ulama.

Hadits Tentang Jujur dan Dusta

Kita awali dengan nasihat dari baginda Nabi Muhammad Salallahu alaihi wassalam tentang keutamaan jujur dan tercelanya dusta atau kebohongan.

Hadits tentang larangan berbohong dan perintah berbuat jujur diriwayatkan oleh banyak sekali ahli hadits, diantaranya Bukhari, Muslim, Abu Dawud, AL Baihaqi,Ibnu Hiban dll, yang berbunyi:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Artinya: Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta (berbohong), karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (PEMBOHONG).’” [HR Bukahari, Muslim, Abu Dawud,At Tirmidzi, Al Baihaqi, Ibnu Hiban]

Penjelasan:

Di dalam hadits sahih di atas, jelas menerangkan tentang perintah untuk selalu berlaku jujur, karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan, dan kebaikan otomatis akan memasukan kita kedalam surga.

Dan sebaliknya, orang yang selalu berbohong, maka bohong tersebut akan membawanya kepada perbuatan jahat, dan kejahatan tempatnya adalah dineraka.

Di akhir hadits Nabi Sallallahu alaihi wassalam menegaskan bahwa jika kita terus berbuat dusta maka di sisi Allah kita akan di catat sebagai pembohong, yang artinya dekat dengan neraka.

Hadits Larangan Berbohong Walau Bercanda

Hadits tentang larangan berbohong walau bercanda di riwayatkan oleh Abu Dawud yang merupakan hadits hasan, sebagai berikut:

وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

Artinya: “Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta (bohong) agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya. Kecelakaan untuknya.” [HR Abu Dawud]

Penjelasan:

Hadits tentang berbohong dalam bercanda di atas adalah bentuknya ancaman, sehingga larangan untuk berbuat dusta dalam agama islam hukumnya mutlak dosa.

Tentu ada perkara lain yang boleh untuk berbohong, tapi dalam hal bercanda saja dilarang apa lagi dalam hal yang serius menyangkut hak sesama manusia dan agama, tentu lebih parah lagi.

Ibnul Qayim mengatakan bahwa berdusta dalam candaan akan mengakibatkan salah paham sehingga akan muncul permusuhan, Islam melarang berdusta dalam bercanda adalah dalam rangka menutup celah tersebut.

Hadits Keutamaan Orang Yang Meninggalkan Dusta Dalam Bercanda

Hadits di atas adalah hadits larangan berdusta walaupun perkaranya remeh seperti bercanda, ada hadits lain yang merupakan kabar gembira bagi siapa saja yang meninggalkan berbohong walau dalam rangka bercanda atau gurauan riwayat Abu Dawud:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

Artinya: “Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya.” [HR. Abu Dawud]

Penjelasan:

Dalam Islam ada larangan dan ada keutamaan, begitu juga dengan berbohong dalam bercanda, jika kita berbohong dalam bercanda maka kita akan celaka.

Tapi sebaliknya jika kita meninggalkan perkataan dusta dalam bercanda maka Rasullullah sallallahu alaihi wassalam memberikan jaminan rumah di tengah surga.

Tentu ini adalah keutamaan atau fadhilah yang sangat besar, karena secara tidak langsung kita diberi jaminan untuk masuk surga,karena mustahil kita punya rumah di surga tapi kita-nya ada di neraka.

Dalam artikel ini kami hanya memberi penjelasan tentang tema hadits berbohong, untuk keterangan tentang akhlak dalam hadits ini, silahkan anda baca hadits tentang akhlak.

Hadits Tentang Berbohong Demi Kebaikan

Ini adalah jawaban tentang tidak semua bohong terlarang, tapi ada 3 hal yang kita boleh atau di beri keringanan dalam berbohong, baca penjelasan di bawah agar tidak salah paham tentang berbohong demi kebaikan.

Hadits tentang berbohong yang di perbolehkan ini di riwayatkan oleh Abu Dawud, Diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti ‘Uqbah radhiyallahu Ta’ala ‘anha, beliau berkata,

مَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَخِّصُ فِي شَيْءٍ مِنَ الْكَذِبِ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ، كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ

Artinya: “Tidaklah aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan keringanan sedikit pun berkaitan dengan perkataan dusta kecuali dalam tiga perkara. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

لَا أَعُدُّهُ كَاذِبًا، الرَّجُلُ يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ، يَقُولُ: الْقَوْلَ وَلَا يُرِيدُ بِهِ إِلَّا الْإِصْلَاحَ، وَالرَّجُلُ يَقُولُ: فِي الْحَرْبِ، وَالرَّجُلُ يُحَدِّثُ امْرَأَتَهُ، وَالْمَرْأَةُ تُحَدِّثُ زَوْجَهَا

Artinya: “Tidaklah termasuk bohong: Jika seseorang (berbohong) untuk mendamaikan di antara manusia, dia mengatakan suatu perkataan yang tidaklah dia maksudkan kecuali hanya untuk mengadakan perdamaian (perbaikan), Seseorang yang berbohong ketika dalam peperangan; dan Seorang suami yang berkata kepada istri dan istri yang berkata kepada suami.” [HR. Abu Dawud no. 4921, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani]

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim juga di sebutkan dengan redaksi yang sedikit berbeda:

أَنَّ أُمَّهُ أُمَّ كُلْثُومٍ بِنْتَ عُقْبَةَ بْنِ أَبِى مُعَيْطٍ وَكَانَتْ مِنَ الْمُهَاجِرَاتِ الأُوَلِ اللاَّتِى بَايَعْنَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَهُوَ يَقُولُ « لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِى يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ وَيَقُولُ خَيْرًا وَيَنْمِى خَيْرًا ». قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَلَمْ أَسْمَعْ يُرَخَّصُ فِى شَىْءٍ مِمَّا يَقُولُ النَّاسُ كَذِبٌ إِلاَّ فِى ثَلاَثٍ الْحَرْبُ وَالإِصْلاَحُ بَيْنَ النَّاسِ وَحَدِيثُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَحَدِيثُ الْمَرْأَةِ زَوْجَهَا.

Artinya: Ummu Kultsum binti ‘Uqbah bin ‘Abi Mu’aythin, ia di antara para wanita yang berhijrah pertama kali yang telah membaiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengabarkan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak disebut pembohong jika bertujuan untuk mendamaikan dia antara pihak yang berselisih di mana ia berkata yang baik atau mengatakan yang baik (demi mendamaikan pihak yang berselisih, -pen).”

Ibnu Syihab berkata, “Aku tidaklah mendengar sesuatu yang diberi keringanan untuk berdusta di dalamnya kecuali pada tiga perkara, “Peperangan, mendamaikan yang berselisih, dan perkataan suami pada istri atau istri pada suami (dengan tujuan untuk membawa kebaikan rumah tangga).” [HR. Bukhari no. 2692 dan Muslim no. 2605, lafazh Muslim].

Penjelasan:

Berbohong walau bagaimanapun hukumnya adalah haram dan dosa, tapi ada pengecualian dalam tiga keadaan yang hukumnya menjadi boleh bahkan bisa jadi wajib yaitu dalam rangka menghindarkan manusia dari kebinasaan.

3 hal yang boleh kita dalam bohong dalam hadits di atas adalah:

  1. Berbohong untuk mendamaikan antar saudara kita yang bertikai atau berselisih.
  2. Berbohong dalam peperangan, karena peperangan adalah siasat dan berbohong agar musuh menjadi gentar adalah diperbolehkan.
  3. Perkataan bohong antara suami istri, dalam rangka menjalin keintiman dan rayuan yang akan mendatangkan cinta kasih antar pasangan.

Selain ketiga hal di atas adalah dosa dan haram untuk di lakukan, baca pembahasan lengkap tentang berbohong demi kebaikan.

Hadits Dusta Atas Nama Nabi

Inilah dusta yang paling besar bahayanya karena berdusta atas nama Nabi berbeda dengan dusta kepada manusia dan ancamannya adalah akan di siapkan tempat atau rumah di dalam neraka, berikut haditsnya:

إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Artinya: “Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Dalam hadits sahih riwayat Imam At Tabrani juga di sebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ بنيَ لَهُ بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ

Artinya: “Barangsiapa berdusta atas namaku, maka akan dibangunkan baginya rumah di (neraka) Jahannam.” [HR. Thabrani].

Penjelasan:

Maksud berdusta disini adalah dengan menyebarkan hadits palsu atau menyebutkan suatu hadits padahal itu bukan hadits, seperti yang banyak di lakukan oleh orang orang perihal hadits tentang maulid nabi.

Inilah pentingnya kita menuntut ilmu dan berhati hati dalam menyampaikan ilmu yang kita belum paham tentang ilmu tersebut.

Hadits Berbohong Adalah Tanda Kemunafikan

Hadits berbohong sebagai tanda bagi orang munafik ada dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim.

اية المنافق ثلاث : اذا حدث كذب واذا وعد أخلف واذا ؤتمن خان

Artinya: “Pertanda orang yang munafiq ada tiga: apabila berbicara bohong, apabila berjanji mengingkari janjinya dan apabila dipercaya berbuat khianat” [Hadits riwayat Bukhari dan Muslim].

Penjelasan tentang hadits ini silahkan anda baca pada bahasan hadits tentang orang munafik.

Hadits Tentang Berbohong Kepada Orang Tua dan Teman

Emang ada hadits tentang berbohong kepada orang tua dan kepada teman?, secara spesifik sesuai dengan kalimatnya sih tidak ada.

Lalu kenapa di tulis sub judul dengan tema tersebut?, karena ternyata banyak orang yang mencari dengan kata kunci hadits tentang berbohong kepada orang tua dan juga teman.

Untuk anda yang mencari hadits tentang berbohong kepada orang tua atau kepada teman, berikut nasihat kami kepada kami pribadi dan pembaca sekalian.

Seperti kami tuliskan diatas bahwa secara spesifik hadis dengan redaksi berbohong kepada orang tua atau teman ini belum kami temukan, tapi sudah jelas dengan kumpulan hadits tentang bohong yang kami tuliskan di atas.

Bahwa hukum berbohong adalah dosa dan tercela. Meskipun dalam rangka bergurau kepada teman apalagi kepada orang tua, maka cukuplah hadits di atas menjadi pencegah kita untuk tidak berbohong kepada orang tua dan teman.

Karena durhaka kepada orang tua adalah dosa besar yang akan mendatangkan petaka bagi kita baik di dunia maupun di akhirat.

Kesimpulan Hadits Berbohong

Berbohong adalah perbuatan dosa dan tercela kecuali dalam tiga keadaan, yaitu untuk mendamaikan pihak yang bertikai, dalam peperangan dan antar suami istri dalam rangka mempererat cinta kasih.

Tidak boleh berdusta dalam bercanda, karena hal tersebut akan menimbulkan salah paham yang pada akhirnya akan menimbulkan permusuhan dan rasa benci antar sesama.

Demikian bahasan hadits tentang berbohong, semoga bermanfaat dan semoga kita termasuk orang yang selalu berlaku jujur. Wallahu a’lam.

Bagikan:

Tinggalkan komentar